Arif Rahman
Bukittinggi.terasnagarinews.com__ STIGMA politik sering dicitrakan dengan definisi yang buruk dan penuh intrik, karena dalam mewujudkan hajat seseorang ataupun kelompok dalam mencapai tujuan politiknya, sering kali segala upaya dilakukan, bahkan bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku di tengah masyarakat.
Berbeda dengan pandangan seorang anak muda milenial yang bernama, Arif Rahman, “Politik bukanlah sesuatu yang buruk, karena dalam kegiatan sehari – hari, kita sudah otomatis berada dalam aktifitas politik, sebagai implementasi usaha kita untuk mencapai kehidupan yang lebih baik”
Kekhawatiran stigma tersebut akan merasuki pemikiran banyak kalangan, khususnya kalangan anak muda atau sering disebut dengan kalangan milenial, Arif memilih terjun kedalam kancah politik.
Menurut Arif kelahiran 18 Juni 1992 yang sepenuhnya menghabiskan masa pendidikannya di Kota Bukittinggi, mulai dari TK Jamiyatul Hujjaj Bukittinggi, SDN 16 Tarok Dipo Bukittinggi, SMPN 2 Bukittinggi, SMA Muhammadiyah Bukittinggi dan sekarang sedang berkutat menyelesaikan skripsi S1 di salah satu Universitas di Kota Bukittinggi, menilai adanya keuntungan yang sangat potensial menghadapi tantangan zaman yang berlangsung.
“Era industrialisasi 4.0 dalam pengaplikasiannya biasa disebut era digitalisasi, dimana setiap aktifitas masyarakat mulai memanfaatkan sistem otomatisasi guna mempermudah kebutuhan masyarakat”, ulas Arif.
Lanjut Arif, “Dengan modal dan semangat kaum millenial, potensi ini harus dimanfaatkan dengan sangat baik untuk membuka lapangan kerja yang akseleratif dengan perkembangan zaman, seperti gawai yang saya geluti saat ini, bergerak dibidang penyedia barang dan jasa terkait dengan perangkat komunikasi, informasi dan tekhnologi”
“Karena karakteristik generasi Milenial yang paling mencolok adalah mereka sangat menguasai teknologi serta aktif di media sosial seperti Facebook, YouTube, Instragram, WhatsApp dan lain-lain”, imbuhnya.
Data menyebutkan sekitar 80% generasi Milenial mengakses media sosial setiap hari, mereka biasanya mencari informasi mengenai liburan, hiburan, kuliner, agama, politik, olah raga dan lain sebagainya.
“Sebagai politisi muda berbasis milenial, kita harus terjun untuk membingkai pendidikan serta kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan kaum milenial yang sangat potensial tersebut”
Millenial sejatinya cenderung tertarik pada hal-hal yang baru, inovatif dan sesuai dengan perkembangan zaman dan dibutuhkan kehadiran politisi milenial untuk membantu mereduksi iklim perpolitikan Indonesia yang cenderung mempertontonkan konflik dan intrik yang tidak elok dipandang.
Kontribusi politisi milenial juga diharapkan bisa menyaring arus informasi yang sangat mudah untuk di didapat, guna memberikan pendidikan politik terhadap pengaruh masif sikap apatis kalangan millenial terhadap dunia politik. (Ken)